Cerita Akhir Pekan: Menjadi Traveler Bertanggung Jawab


 Epidemi corona Covid-19 membuat beberapa hal harus menyesuaikan dengan rutinitas baru, baik dari sisi kesehatan kebersihan. Termasuk juga bagian pariwisata Indonesia yang terpengaruh mengagumkan serta tengah berusaha keras untuk kembali lagi terjaga dari waktu kritis.

Legenda Ketangguhan Ayam Bangkok Putih

Bermacam faksi sekarang sama-sama pundak membahu buat menggenjot geliat rekreasi Nusantara. Di lain sisi, traveler yang bertanggungjawab atau responsible traveler, ikut mempunyai peranan penting dalam kebangkitan rekreasi, ditambah di masa new normal seperti sekarang ini.


Ahli Kreatif Taktik Pariwisata Taufan Rahmadi, sampaikan pariwisata sekarang tidak bisa berbasiskan pada angka, tetapi sudah bicara tentang kualitas, from quantity to quality tourism. Sesuai dengan itu, quality tourism diantaranya ialah responsible traveler.


"Responsible traveler punyai spirit saat ditumbuhkan buat pelancong yang bertanggungjawab, yang bukan hanya memikir happy-happy di tempat rekreasi, dan juga responsible," kata Taufan waktu dikontak Liputan6.com, Kamis, 3 September 2020.


Lalu, seperti apa seorang traveler yang bertanggungjawab? Taufan meneruskan, traveler harus pahami saat berekreasi ada entitas, sosial, engagement dengan budaya, dan nilai-nilai spiritual harus jadi perhatian.


Mereka ialah pelancong yang memperhatikan lingkungannya, yang saat berekreasi ada dalam koridor-koridor menghormati nilai-nilai spiritual yang berada di tempat rekreasi itu. Begitupun dengan memikir jaga budaya disana.


"Memikir bagaimana triknya mempertahankan kesehatan, kebersihan, ada share responsibility berkaitan itu. Ia memberi edukasi tidak saja membuat selebrasi, edukasi memberikan contoh untuk pelancong yang baik," sambungnya.


Bila diperlebar, penulis buku Prosedur Tujuan ini, menyebutkan responsible traveler ialah sisi dari standard yang perlu dilaksanakan dalam suatu tujuan sekarang ini. Disebutkan Taufan, World Tourism Organization (UNWTO) memperjelas, kecuali bicara masalah travel tomorrow, bicara tentang responsible traveler.


"Responsible traveler ialah sisi dari langkah pariwisata new normal di mengaplikasikan apa-apa yang sejauh ini dicemaskan, baik buat aktor rekreasi atau pelancong," sambungnya.


"Dalam penerapannya dalam tujuan kita dapat melihat saat ini, pelancong saat tiba di keadaan epidemi, ia harus mengetahui benar kondisinya disana, tidak ada berasa takut, merasakan aman tiba sebab tujuan itu dipandang sudah lakukan prosedur new normal. Bagaimana berasa nyaman serta percaya standard new normal telah dilaksanakan di tujuan ialah sertifikasi," jelas Taufan.


Mengenai sertifikasi new normal itu ada seperti di hotel, airport, masalah kebersihan, sampai makanan sehat. Disebutkan Taufan, dengan begitu, perasaan aman bisa terbentuk, agunan dengan pernyataan sertifikasi ada, lalu berlangsung share responsibility.


"Kita untuk pengelola tujuan mengurus dengan sesuai dengan standard sebab mereka harus rapid tes atau swab, mereka tiba dengan situasi clear, aman. Pelancong saat tiba ke tujuan kita berasa nyaman sebab lihat sertifikasi itu," tuturnya.


Taufan memberikan tambahan, bila pariwisata ingin restart secara cepat, responsible traveler benar-benar bergantung dari dari bagaimana fase-fase dari new normal dilaksanakan oleh satu negara atau tujuan. "Janganlah sampai fase-fase itu dibiarkan," tuturnya.


"Contohnya, saat satu tujuan menjelaskan akan restart tourism mulai bangun pariwisatanya bukan recovery, restart baru bicara coba kembali lagi membuka di tempat wisata lokalnya pelan-pelan, trial," sambungnya.


Diteruskan Taufan, dalam waktu trial itu betul-betul disaksikan, diverifikasi, serta divalidasi personalisasi service harus jelas. Lalu, bagaimana standarisasi servicenya sesuai dengan atau mungkin tidak dengan standard new normal.


"Ke-3, jika ada beberapa hal yang sesuaikan dengan situasi tempat wisata telah di-customize sesuaikan dengan situasi yang ada. Restart ialah titik gawat dari satu tujuan untuk tentukan apa mereka siap ke arah recovery lalu reopen untuk terima pelancong luar negeri," sambungnya.


"Janganlah sampai saat nanti restart cepat-cepat menjelaskan restart lalu berlangsung cluster baru di tujuan itu, recovery akan makin lama. Bicara pariwisata, bicara pangkal dari mengenai ketetapan warga sadar akan epidemi kebersihan serta kesehatan tidak dapat bermain-main, masker harus dipakai sebab kita tidak tahu kapan epidemi akan usai," terangnya.


Postingan populer dari blog ini

the frustration of failure

cardio physical health and fitness as well as endurance

childhood adversity affect immune aging over time